Sekilas Masalah Kemunduran Umat Islam
“Telah ku tinggalkan kepadamu dua perkara yang kamu tidak akan tersesat selamanya sepanjang berpegang teguh kepadanya, yakni Kitabullah (Al-Qur’an) dan as-Sunnah”.

Kita tahu, walaupun faktor yang menjadi penyebab runtuh atau hancurnya suatu bangsa itu beragam, spesifik dan memiliki karakter sendiri-sendiri. Namun sesungguhnya muaranya sama, bersumber dari satu kesalahan yang serupa, berpecah belah. Sehingga dengan pecah belahnya kesatuan, dengan sendirinya akan melemahkan kekuatannya. Dengan demikian karena kelemahan itu, maka akan lebih mudah disusupi lawan, hingga diserang pihak luar yang memusuhinya. Karena disadari atau tidak suatu bangsa yang besar niscaya akan selalu ada pihak yang memusuhinya.
Mari kita tengok sejarah ke belakang. Kita lihat bagaimana runtuhnya beberapa kerajaan yang semula besar, tetapi akhirnya runtuh menjadi bangsa tidak berdaulat. Kita ambil contoh, misalnya kerajaan Safawi di Persia, kerajaan Mughal di India dan kesultanan Turki Utsmaniyah. Ketiga kerajaan tersebut pada zamannya adalah kerajaan besar.
SAFAWI, dulu adalah kerajaan besar di Persia yang meraih puncak keemasan dibawah kekuasaan sultan Syah Abbas I selama periode 1588-1628 M. Sultan Syah Abbas I berhasil membangun kerajaan Safawi sebagai kompetitor seimbang bagi kesultanan Turki Utsmani. Kerajaan ini menjadi pusat perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang ilmu filsafat yang berkembang amat pesat saat itu. Hurmuz adalah pelabuhan utamanya, sehingga mampu menjamin kehidupan perekonomian kerajaan Safawi kokoh.
MUGHAL, merupakan kerajaan Islam di anak benua India, dengan Delhi sebagai ibukotanya, berdiri antara tahun 1526-1858 M. Dinasti Mughal di India didirikan oleh seorang penziarah dari Asia tengah bernama Zahiruddin Muhammad Babur (1482-1530 M), salah satu cucu dari Timur Lenk dari etnis Mongol, keturunan Jengis Khan yang telah masuk Islam dan pernah berkuasa di Asia Tengah pada abad ke 15. Kerajaan ini berdiri pada saat di Asia kecil berdiri tegak sebuah kesultanan Turki Utsmani dan di Persia kerajaan Safawi. Ketiganya pada saat yang sama menjadi sebuah negara-negara adikuasa di Dunia. Mereka juga menguasai perekonomian, politik serta militer dan mengembangkan kebudayaan.
TURKI UTSMANIYAH, adalah kesultanan yang memperoleh puncak kejayaannya setelah berhasil menaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 M, sehingga mengukuhkan status kesultanan sebagai kekuatan besar di Eropa Tenggara dan Mediterania Timur. Pada masa itu kesultanan Turki Utsmaniyah memasuki periode perluasan wilayah, memperluas wilayahnya sampai ke Eropa dan Afrika Utara. Sementara di bidang kelautan, angkatan lautnya mengukuhkan diri sebagai kekuatan dagang yang kuat, sehingga menjadi pengontrol jalur wilayah perdagangan antara Eropa dan Asia.
Apa yang menyebabkan runtuhnya ketiga kerajaan besar tersebut. Konon menurut sejarah, ketiga kerajaan tersebut runtuh akarnya adalah “perpecahan”. Perpecahan yang berawal dari adanya perbedaan kepentingan para penguasa di dalam tubuh kerajaan. Kerakusan biangnya. Sifat rakus untuk saling berebut kekuasaan, sehingga mengakibatkan munculnya kelompok yang hanya membela kepentingan kelompoknya. Antar kelompok siap untuk saling mengalahkan, menjegal atau malah saling membunuh.
Kini kondisi itu tidak pernah berubah. Walaupun konteknya berbeda. Itu tetap saja terjadi pada keadaan umat Islam kini. Ini amat Memprihatinkan memang. Sejak tahun 1924 M, tahun dimana umat Islam yang diwakili oleh kesultanan Turki Utsmaniyah terakhir menanggalkan kejayaannya. Umat Islam nyaris terlena pada keadaan dirinya sendiri, tertidur lelap melupakan risalah yang dibawa Rasulullah, dengan semangat juang “RAHMATAN LIL ‘ALAMIN”.
Perpecahan, nikmat berada pada kelompoknya. Dan bangga serta merasa benar dengan kelompoknya. Itu yang menjadi kelemahan umat Islam, sehingga suatu kebetulan kelemahan itu dimanfaatkan oleh musuh agama yang siaga menunggu untuk senantiasa memadamkan cahaya Islam.
Akankah umat Islam menyadari bahwa berbangga-bangga dalam kelompoknya, merasa benar dengan kelompoknya, lalu menganggap kelompok lainnya tidak benar, justru akan menjerumuskan umat Islam pada fanatisme yang berlebihan. Sehingga karenanya akan sulit bagi umat Islam untuk keluar dari perpecahan. Ini yang harus segera disadari umat Islam, agar tidak terjebak pada fanatisme kelompok yang berlebihan, yang akan senantiasa memecah belah kesatuan umat.
Menurut Dr. Ahmad Amin dalam bukunya “Islam Sepanjang Zaman”. Beliau menyatakan bahwa penyebab kemunduran Islam antara lain disebabkan hilangnya ruh Islam dalam sikap dan perbuatan umat Islam. Agama Islam ibarat tubuh tanpa nyawa karena umat Islam tidak mengamalkan ajaran Islam seperti yang telah diajarkan Nabi Muhammad SAW.
Untuk itu wahai umat Islam, mari kita buka kesadaran kita, mari kita kembalikan apapun permasalahan umat pada sumber hukumnya, kembali pada al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai pedoman hidup dalam bersikap dan berperilaku. Dengan sikap dan perilaku yang landasannya al-Qur’an dan as-Sunnah niscaya perbedaan apapun akan menjadi rahmat, karena hakikatnya umat Islam adalah saudara.
Dengan demikian kita buktikan bahwa Islam adalah cara hidup yang rahmatul lil ‘alamin, yang mampu membawa perubahan menyeluruh ke arah kebaikan dan keadilan bagi semuanya. Wallahu a’lam.
(sumber:http://sirah-nabawiyah.com/sekilas-masalah-kemunduran-umat-islam)
Komentar
Posting Komentar